Kamis, 25 Desember 2014

Model Pembelajaran Tematik Integratif dan Inquiry



MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DAN INQUIRI

A.    TEMATIK INTEGRATIF
1.      Pengertian
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam satu tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara persial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik sepeti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty (1990).

2.      Jenis-Jenis Model Pembelajaran Tematik Integratif
a.       Model Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Webbed Model) adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi.
·         Kelebihan dari model pembelajaran jaring laba-laba(Webbed) meliputi :
a)      Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar.
b)      Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman
c)      Memudahkan perencanaan
d)     Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa
e)      Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
·         Kekurangan dari model pembelajaran Webbed meliputi :
a)      Sulit dalam menyesuaikan tema
b)      Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal
c)      Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep.
·         Contoh Model Jaring Laba-Laba (Webbed Model)
Pada model pembelajaran tematik jaring laba-laba, guru menyajikan pembelajaran dengan tema yang menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengejaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
b.      Pembelajaran Terpadu Tipe Keterkaitan
Connected Model (keterkaitan) adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lahirnnya dalam satu mata pelajaran.
Model pembelajaran terpadu tipe connected atau keterhubungan pada prinsipnya mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, ketrampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Model ini tidak melatih siswa untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja. Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep yang saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai ikatan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu. Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe keterkaitan (connected) yaitu guru menghubungkan atau menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
c.       Model Keterpaduan
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari ketrampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep ketrampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya matematika, IPS, IPA, dan Bahasa Indonesia. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, ketrampilan, dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.

3.      Langkah-Langkah pembelajaran
a.       Menentukan tema
Daftar tema yang terdapat dalam dokumen kurikulum 2013, bukanlah urutan yang harus dibelajarkan guru. Guru dapat melakukan pemilihan tema yang akan dibelajarkan terlebih dahulu. Sejatinya penetapan tema haruslah disesuaikan dengan kondisi daerah, sekolah, peserta didik, dan guru di wilayahnya.
b.      Melakukan analisis SKL, KI, KD, membuat indikator
Langkah kedua ini dilakukan dengan cara guru harus membaca semua SKL, KI, KD dari semua mata pelajaran. Meskipun indikator sudah tersedia dalam dokumen K- 13, guru juga bisa menambahkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.
c.       Melakukan pemetaan KD, Indiktor dengan tema
Guru melakukan kegiatan pemetaan kompetensi dasar dan indikator dikaitakan dengan tema yang tersedia yang dimasukkan kedalam format pemetaan agar lebih memudahkan proses penyajian pembelajaran, indikator mana saja yang harus dapat disajikan secara terpadu dengan cara membuat cek(√)
d.      Membuat jaring KD
Setelah dilakukan pemetaan KD, indikator dengan tema dalam satu tahun, maka dilanjutkan dengan membuat jaringan KD dan indikator dengan cara menurunkan hasil cek dari pemetaan kedalam format jaringan KD dan indikator.
e.       Menyusun silabus tematik terpadu
Langkah guru selanjutnya adalah menyusun silabus tematik untuk memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap tema sampai tuntas tersajikan di dalam proses pembelajaran.
f.       Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menyusun RPP merupakan langkah terakhirdari sebuah perencanaan. Di dalam RPP tematik integratif tergambar proses penyajian secara utuh dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam tema. 

4.      Ciri-Ciri Pembelajaran Tematik
a.       Berpusat pada anak
b.      Memberikan pengalaman langsung
c.       Pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak
d.      Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu PBM
e.       Bersifat luwes
f.       Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dg minat dan kebutuhan anak
 
5.      Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
a. Premis utama PTP bahwa peserta didik memerlukan peluang tambahan (additional opportunities) untuk menggunakan talentanya,
b. Menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.
c.    Pembelajaran tematik terpadu relevan untuk mengakomodasi kualitatif lingkungan belajar.
d.    Menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
e.  Memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
6.      Kekurangan
Kekurangan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakuka oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

B.     MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
1.      Pengertian
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.
Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah strategi yang langsung terpusat pada peserta didik yang mana nantinya kelompok-kelompok siswa tersebut akan dibawa dalam persoalan maupun mencari jawaban atas pertanyaan sesuai dengan struktur dan prosedur yang jelas. Sehingga model pembelajaran ini bisa melatih para siswa untuk belajar mulai dari menyelidiki dan menemukan masalah hingga menarik kesimpulan. Adapun model ini menjadikan siswa akan lebih banyak belajar mandiri untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh pengajar.

2.      Langkah pembelajaran
a.       Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan model pembelajaran ini  sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu :
a)      Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang siharapkan dapat tercapai oleh siswa.
b)      Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
c)      Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.      Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam proses pembelajaran inkuiri.
Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantara :
a)      Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa
b)       Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti
c)      Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
c.        Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan menyajikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e.       Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.


f.       Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

3.      Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inquiry dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yandiajukan kepada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu :
a.       Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil melakukan inkuiri
b.      Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum.
Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan ,1999 : 177-178)


Teori Belajar (Behaviorisme, Konstruktivisme, dan Humanisme)

TEORI-TEORI BELAJAR (BEHAVIORISME, KONSTRUKTIVISME, DAN HUMANISME)
A.    Pengertian Teori Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.  Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.   
Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B.     Jenis-Jenis Teori Belajar
1.      Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.  Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
a.       Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
b.      Bersifat mekanistik
c.        Menekankan peranan lingkungan
d.      Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
e.        Menekankan pentingnya latihan
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon)
Tokoh-Tokoh Behaviorisme Beserta Pemikirannya
a)      Edward Edward Lee Thorndike/ Teori Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan coba, dalam hal ini kucing yang di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan hukum primer dalam belajar :
1)       Hukum Kesiapan (law of readiness)
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidak puasan/ketidaksenangan terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
2)      Hukum Latihan (law of exercise)
Artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila tidak di gunakan. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
3)      Hukum akibat (law of effect)
Hukum akibat  yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
b)      Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
c)      Burrhus Frederic Skinner/Operant conditioning
Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul ”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838 memberikan dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”.  Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Memotivasi agar berlanjut pada komponen tingkah laku selanjutnya sampai pada akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1)                Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan   stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2)                Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Beberapa prinsip  Belajar Skinner antara lain :
v  Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
v  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
v  Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
v  Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
v  Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
v  Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
d)     Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media.Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
e)      Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-jhari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lai adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

2.      Pengertian Belajar Kontruktivisme
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak dari pada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh B.Fskinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada pelajar, contohnya dari tidak tahu kepada tahu. Hal ini kemudian beralih kepada teori pembelajaran konstruktivismeyang diperkenalkan oleh Jean Piaget dimana ide utama dari pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individudiwakili melalui strukturmental dikenalsebagai skema yang akanmenentukan bagaimanadata dan informasi yang diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema maka ide ini akan diterima begitu juga sebaliknya. Lahirlah teori konstruktivisme yang merupakan pandangan terbarudimana pengetahuanakan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar , hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
Jadi dapat didefenisikan  sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberikan makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru , apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman . ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Von Glasefeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi ( bentukan) kita sendiri. Menurut para penganut konstruktif pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berfikir. Untuk membangun suatu pengetahuan baru peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta didiknya. Dalam wawasan ini, sebenarnya siswalah yang mempunyai peranan penting dalam belajar , sedangkan guru secara fleksibel menempatkan diri sebagaimana diperlukan oleh siswanya dalam proses memahami dunianya.
1)      Hakikat pembelajaran teori  Konstruktivisme
Dalam hal ini hakikat pembelajaran menurut teori  Konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Teori belajar ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apaun asal tujuan belajar dapat tercapai.
Selain itu, Nicson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan koinstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep dalam belajar dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui transformasi baru untuk menjadi konsep baru. Peran guru bukanlah pemberi  jawaban akhir , melainkan mengarahkan mereka untuk membentuk pengetahuan.
Sehubung dengan hal di atas, Tasker mengemukakan  tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme  sebagai  berikut  :
a)      Peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna.
b)      Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pngkonstruksian secara bermakna.
c)      Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan dengan pembelajaran, yaitu :
a.            Siswa mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b.           Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,
c.             Strategi siswa lebih bernilai,
d.           Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling tukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme , Tyler mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut :
a.            Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
b.             Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi kreatif dan imajinatif.
c.            Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
Dapat disimpulakan bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
2)      Ciri-ciri teori belajar konstruktivisme
Ada beberapa ciri dalam pembelajaran model,konstruktivisme yaitu:
1. Mencari tau dan menghargai titik pandang dan pendapat siswa
2.  Pembelajaran dilakukan atas dasar pemngetahuan awal siswa
3. Memunculkan masalah yang relavan dengan siswa
4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari
6. Siswa lwbih aktif dalam proses belajar
7. Setiap pandangan sangat dihargai dan di perlukan
8. Proses belajar harus mendorong adanya kerja sama tapi bukan untuk bersaing
9. Kontrol kecepatan dan fokus pembelajaran ada pada siswa
10. Pendekatan konstruksifis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan apa yang di alami langsung dengan siswa.
3)      Komponen dalam teori belajar konstruktivisme
a. Pengetahuan awal
b. Fakta dan masalah
c. Sistematika berfikir
Dalam menerapkan teori konstruktifisme dalam belajar dapat digunakan model pemebelajaran yang melibatkan beberapa tahap yaitu :
a.       Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan muda dengan contoh-contoh sederahana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini guru perlu mencermati melalui kompetensi awal yang di miliki peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya.
b.      Pembelajaran kompetensi
Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai kompetensi dasar.
c.       Pemulihan
Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik perlu diberi tahap pemulihan yaitu tahap di mana peserta didik memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep atau kompetensi secara benar.
d.      Pendalaman
Apabila peserta didik berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat di lewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman.
e.       Pengayaan
Selanjutnya dapat diberikan tahap pengayaan agar peseta didik memperoleh fariasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat di gunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi .
Secara teoritik studi ini berimplikasi bahwa siswa seharusnya di pandang sebagai individu yang memiliki potensi yang unik untuk bekembang bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu untuk di isi oleh orang dewasa (guru). Secara praktis studi ini berimplikasi bahwa model belajar konstruktifisme di butuhkan untuk mengembangkan kecakapan pribadi-sosial siswa dalam mengembangkan potensi kreatifnya melalui pembelajaran di sekolah.
4)      Pandangan Konstruktivisme:
Belajar adalah:
·         proses aktif dan konstruktif yang terjadi di lingkungan luar kelas
·         mengubah informasi menjadi proses mental
·          membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi
·         mengaitkan pengetahuan baru dg pengalaman lama (asimilasi)
·         membangun penget. baru dr fenomena lama (akomodasi)
·         proses kognitif untuk memecahkan masalah dunia nyata,  menggunakan alat yang tersedia dalam situasi pemecahan masalah.
·         bersifat situasional, interaktif
·         bekerja dengan teman dalam konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya
·         proses pribadi terus-menerus untuk memonitor kemajuan belajar
Pengetahuan:
·         merupakan interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang   dunia
·          bersifat perspektif, konvensional, tentatif, evolusioner
·         ada di dalam pikiran manusia (bukan di buku teks)
·          pengetahuan/konsep baru dibangun:
a.       bertahap dari waktu ke waktu
b.      dalam konteks sosial
c.       interaksi dengan konten
d.      dengan mengintegrasikan info lama dengan baru.
e.       dengan kesadaran tentang apa yang dipelajari (metakognisi)

3.      Pengertian Teori Belajar Humanisme
Jiwa manusia termasuk peserta didik terdiri atas berbagai potensi psikologis, baik dalam dominan kognitif maupun dalam dominan afektif dan konatif ( psikomotorik ). Pengertian Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Menurut maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Kebutuhan aktualisasi diri
b.      Kebutuhan untuk dihargai
c.       Kebutuhan untuk dihargai dan disayangi
d.      Kebutuhan akan rasa tenteram dan aman
e.       Kebutuhan fisiologi/dasar
Carl Roger adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Menurut Roger yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa diri dan dunia seseorang.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme??? Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tenteng apakah proses belajarnya berhasil. Jadi teori belajar humanisme yaitu suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
1)      Prinsip-prinsip Teori belajar humanisme
a.       Manusia mempunyai belajar alami
b.      Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.      Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.       Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.       Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g.      Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h.      Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.        Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.        Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2)      Penerapan teori belajar humanisme
Dalam kaitannya dengan proses pendidikan formal ( sekolah ), Slavin mengelompokkan tahapan perkembangan anak, yaitu tahapan early childhood, tahapan middle childhood, dan tahapan adolescence, dengan dimensi utama perkembangan mencakup dimensi kognitif, dimensi fisik, dan dimensi sosioemosi. Tiap dimensi perkembangan tersebut memiliki kaarakteristik yang berbeda antara tahapan perkembangan yang satu dengan tahapan perkembaangan yang lainnya.
Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok. Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial. Menurut Gege dan Berliner, prinsip dasar dari pendekatan humanisme untuk mengembangkan pendidikan, murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak pengetahuan. Murid akan belajar lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam.
Peran guru dalam proses pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitor bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama  ( student center ) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa mampu memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terkait oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.