TEORI-TEORI BELAJAR (BEHAVIORISME,
KONSTRUKTIVISME, DAN HUMANISME)
A.
Pengertian
Teori Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan.
Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang
diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B.
Jenis-Jenis
Teori Belajar
1. Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi
yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam
konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di
ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau
tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat
molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti
halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
a.
Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
b.
Bersifat mekanistik
c.
Menekankan
peranan lingkungan
d.
Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
e.
Menekankan
pentingnya latihan
Teori
belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon)
Tokoh-Tokoh Behaviorisme Beserta Pemikirannya
a)
Edward Edward Lee Thorndike/ Teori Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang
pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas
Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di
Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational
Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence
(1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The
Social Order (1940).
Menurut Thorndike dasar dari belajar
adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning by
selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari
eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap
bermacam-macam percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu
menunjukan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat
melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari
semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan coba, dalam hal ini kucing yang
di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam
memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike
mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan hukum primer dalam
belajar :
1)
Hukum Kesiapan
(law of readiness)
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu
memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan
ketidak puasan/ketidaksenangan terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme
adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca
indera dengan kecenderungan bertindak.
2)
Hukum Latihan (law of exercise)
Artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons
akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang
apabila tidak di gunakan. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi
(yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena
latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak
dilanjutkan atau dihentikan.
3)
Hukum akibat (law of effect)
Hukum akibat
yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah
jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau
makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai
akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi.
Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung
dihentikan dan tidak akan diulangi.
b)
Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat
diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.
c)
Burrhus Frederic Skinner/Operant conditioning
Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti
halnya Thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya
yang berjudul ”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838
memberikan dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya
konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an
Analysis of Behavior”. Hasil konferensi
dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang
disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai
tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya
jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik
Reber menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama
terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer
itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Memotivasi agar
berlanjut pada komponen tingkah laku selanjutnya sampai pada akhirnya
pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Skinner berpendapat bahwa untuk
membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi
bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap
terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik
yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara
terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen
tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang
di harapkan.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F.
Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
1)
Law of
operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
2)
Law of
operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Beberapa prinsip
Belajar Skinner antara lain :
v Hasil belajar
harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
v Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
v Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
v Dalam proses
pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
v Dalam proses
pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
v Tingkah laku
yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer. Dalam pembelajaran digunakan
shaping.
d) Robert
Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang
terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam
instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia
kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk
mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media.Teori
Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan
instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih
tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan
dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana
dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi
verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih
tinggi(belajar aturan danpemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut
tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.
e) Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936).
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang
dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan
behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup
manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya.
Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika
ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan
menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai
dengan apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan
menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan
dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki
manusia berbeda dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan
operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari
luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur
anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan
adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun
akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang,
maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan
maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang
merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian
dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan
syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini
disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih.
Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada
manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak
disadari manusia.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dpat diketahui
bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng
sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur
anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Apakah situasi ini bisa
diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehar-jhari ada situasi yang
sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls
yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi
setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa
menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada
lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan
dagangannya. Contoh lai adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau
tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu
membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay)
yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan
antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2. Pengertian Belajar Kontruktivisme
Teori
belajar konstruktivisme ini bertitik tolak dari pada teori pembelajaran
Behaviorisme yang didukung oleh B.Fskinner yang mementingkan perubahan tingkah
laku pada pelajar, contohnya dari tidak tahu kepada tahu. Hal ini kemudian beralih
kepada teori pembelajaran konstruktivismeyang diperkenalkan oleh Jean Piaget
dimana ide utama dari pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri
individudiwakili melalui strukturmental dikenalsebagai skema yang
akanmenentukan bagaimanadata dan informasi yang diterima, difahami oleh
manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema maka ide ini akan diterima
begitu juga sebaliknya. Lahirlah teori konstruktivisme yang merupakan pandangan
terbarudimana pengetahuanakan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan
pengetahuan yang ada pada mereka. Perspektif konstruktivisme
mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada
hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang
melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses
belajar , hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi
perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang sebagai upaya memperoleh
pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
Jadi dapat
didefenisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberikan makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru , apa
yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman . ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan
dan menjadi lebih dinamis.
Von
Glasefeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (
bentukan) kita sendiri. Menurut para penganut konstruktif pengetahuan dibina
secara aktif oleh seseorang yang berfikir. Untuk membangun suatu pengetahuan
baru peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang
disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya
melalui berinteraksi sosial dengan peserta didiknya. Dalam wawasan ini,
sebenarnya siswalah yang mempunyai peranan penting dalam belajar , sedangkan
guru secara fleksibel menempatkan diri sebagaimana diperlukan oleh siswanya
dalam proses memahami dunianya.
1) Hakikat pembelajaran teori Konstruktivisme
Dalam hal
ini hakikat pembelajaran menurut teori
Konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan
siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru dan
pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa
mengorganisasi pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Teori belajar
ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan
teknik belajar apaun asal tujuan belajar dapat tercapai.
Selain itu,
Nicson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan koinstruktivisme adalah
membantu siswa untuk membangun konsep-konsep dalam belajar dengan kemampuannya
sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali
melalui transformasi baru untuk menjadi konsep baru. Peran guru bukanlah
pemberi jawaban akhir , melainkan
mengarahkan mereka untuk membentuk pengetahuan.
Sehubung
dengan hal di atas, Tasker mengemukakan
tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai
berikut :
a)
Peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan
secara bermakna.
b)
Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam
pngkonstruksian secara bermakna.
c)
Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang
diterima.
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama
dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan
tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian
melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Selain penekanan dan tahap-tahap
tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, hanbury
mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan dengan pembelajaran, yaitu :
a.
Siswa mengkontruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
b.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa
mengerti,
c.
Strategi siswa
lebih bernilai,
d.
Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
tukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme , Tyler
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai
berikut :
a.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri.
b.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi
kreatif dan imajinatif.
c.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan
baru.
Dapat disimpulakan bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar
konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka. Siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
2) Ciri-ciri teori belajar konstruktivisme
Ada beberapa ciri dalam pembelajaran
model,konstruktivisme yaitu:
1. Mencari tau dan menghargai titik pandang dan
pendapat siswa
2. Pembelajaran
dilakukan atas dasar pemngetahuan awal siswa
3. Memunculkan masalah yang relavan dengan siswa
4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks
pembelajaran sehari-hari
6. Siswa lwbih aktif dalam proses belajar
7. Setiap pandangan sangat dihargai dan di perlukan
8. Proses belajar harus mendorong adanya kerja sama
tapi bukan untuk bersaing
9. Kontrol kecepatan dan fokus pembelajaran ada pada
siswa
10. Pendekatan konstruksifis memberikan pengalaman
belajar yang tidak terlepas dengan apa yang di alami langsung dengan siswa.
3) Komponen dalam teori belajar konstruktivisme
a. Pengetahuan awal
b. Fakta dan masalah
c. Sistematika berfikir
Dalam menerapkan teori konstruktifisme dalam belajar
dapat digunakan model pemebelajaran yang melibatkan beberapa tahap yaitu :
a.
Pengenalan
Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang
konkrit dan muda dengan contoh-contoh sederahana yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Pada tahap ini guru perlu mencermati melalui kompetensi awal yang
di miliki peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya.
b.
Pembelajaran kompetensi
Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana
peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai
kompetensi dasar.
c.
Pemulihan
Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik
perlu diberi tahap pemulihan yaitu tahap di mana peserta didik memulihkan
prakonsep menjadi suatu konsep atau kompetensi secara benar.
d.
Pendalaman
Apabila peserta didik berminat dan kompetensi dasar
telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat di lewati dan maju ke tahap
berikutnya yaitu tahap pendalaman.
e.
Pengayaan
Selanjutnya dapat diberikan tahap pengayaan agar
peseta didik memperoleh fariasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat di
gunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi .
Secara teoritik studi ini
berimplikasi bahwa siswa seharusnya di pandang sebagai individu yang memiliki
potensi yang unik untuk bekembang bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu
untuk di isi oleh orang dewasa (guru). Secara praktis studi ini berimplikasi
bahwa model belajar konstruktifisme di butuhkan untuk mengembangkan kecakapan
pribadi-sosial siswa dalam mengembangkan potensi kreatifnya melalui
pembelajaran di sekolah.
4) Pandangan Konstruktivisme:
Belajar adalah:
·
proses aktif dan konstruktif yang terjadi di lingkungan luar kelas
·
mengubah informasi menjadi proses mental
·
membangun pengetahuan dan
pengertian dari pengalaman pribadi
·
mengaitkan pengetahuan baru
dg pengalaman lama (asimilasi)
·
membangun penget. baru dr
fenomena lama (akomodasi)
·
proses kognitif untuk memecahkan masalah dunia nyata, menggunakan alat yang tersedia dalam situasi
pemecahan masalah.
·
bersifat situasional, interaktif
·
bekerja dengan teman dalam konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya
·
proses pribadi terus-menerus untuk memonitor kemajuan belajar
Pengetahuan:
·
merupakan interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia
·
bersifat perspektif, konvensional,
tentatif, evolusioner
·
ada di dalam pikiran manusia (bukan di buku teks)
·
pengetahuan/konsep
baru dibangun:
a.
bertahap dari waktu ke waktu
b.
dalam konteks sosial
c.
interaksi dengan konten
d.
dengan mengintegrasikan info
lama dengan baru.
e.
dengan kesadaran tentang apa
yang dipelajari (metakognisi)
3. Pengertian Teori Belajar Humanisme
Jiwa manusia
termasuk peserta didik terdiri atas berbagai potensi psikologis, baik dalam
dominan kognitif maupun dalam dominan afektif dan konatif ( psikomotorik ).
Pengertian Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Menurut maslow, manusia termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kebutuhan aktualisasi
diri
b. Kebutuhan
untuk dihargai
c. Kebutuhan
untuk dihargai dan disayangi
d. Kebutuhan
akan rasa tenteram dan aman
e. Kebutuhan
fisiologi/dasar
Carl Roger
adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya. Menurut Roger yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan
pembelajaran. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan
mencoba memahami dunia persepsi siswa diri dan dunia seseorang.
Bagaimana
proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme??? Orang belajar
karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri
tenteng apakah proses belajarnya berhasil. Jadi teori belajar humanisme yaitu
suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan
manusia serta peserta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
1) Prinsip-prinsip Teori belajar humanisme
a.
Manusia mempunyai belajar alami
b.
Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
c.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya.
d.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.
Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa
dalam memperoleh cara.
f.
Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa
melakukannya.
g.
Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses
belajar.
h.
Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi
hasil yang mendalam.
i.
Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri.
j.
Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2) Penerapan teori belajar humanisme
Dalam kaitannya dengan proses
pendidikan formal ( sekolah ), Slavin mengelompokkan tahapan perkembangan anak,
yaitu tahapan early childhood, tahapan middle childhood, dan tahapan
adolescence, dengan dimensi utama perkembangan mencakup dimensi kognitif,
dimensi fisik, dan dimensi sosioemosi. Tiap dimensi perkembangan tersebut
memiliki kaarakteristik yang berbeda antara tahapan perkembangan yang satu dengan
tahapan perkembaangan yang lainnya.
Aplikasi teori humanisme dalam
pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar. Hal ini diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas
materi secara berkelompok. Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok
untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena
sosial. Menurut Gege dan Berliner, prinsip dasar dari pendekatan humanisme
untuk mengembangkan pendidikan, murid akan belajar dengan baik apa yang mereka
mau dan perlu ketahui. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada
membutuhkan banyak pengetahuan. Murid akan belajar lebih baik dalam lingkungan
yang tidak mengancam.
Peran guru dalam proses pembelajaran
humanisme adalah menjadi fasilitor bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa mampu memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori
humanisme ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terkait oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.